Memantaskan Diri Menjadi Tamu Allah
Bila saat ingin memenuhi sebuah undangan resepesi dari
seseorang sahabat saja kita menghabiskan waktu lebih lama di depan cermin dari
biasanya, apalagi untuk memenuhi undangan Allah. Semestinya ada persiapan
paripurna yang kita lakukan.
Undangan agung ini telah diserukan ribuan tahun lalu oleh
nabi mulia Ibrahim as atas perintah Allah swt. Allah pun mengabadikan perintah
seruan itu dalam Al-Qur’an , “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj
[22]:27)
Tak hanya umat islam, saat itu seruan melaksanakan ibadah
haji malah ditunjukan untuk seluruh umat manusia. Namun, islam lah yang melestarikan
seruan ‘rabbani’ ini. Ribuan tahun setelah Nabi Ibrahim as wafat, penerusnya
Muhammad saw, meneguhkan panggilan itu lewat sabdanya di saat-saat terahkir
hayatnya “Ambilah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik kalian, karena
barang kali aku tidak bisa lagi bertemu dengan kalian setelah tahun ini.
((HR-Bukhari) secara fisik tapi mereka belum bisa disebut tamu, karena niat
mereka belum tentu dalam rangka memenuhi panggilan Allah tadi. Salah satu ciri
orang yang layak menjadi tamu Allah yaitu taat. “Orang yang layak menjadi tamu
Allah adalah orang yang memang dalam keseharianya adalah orang yang taat kepada
Allah”
Hanya yang Layak
Menjadi tamu Allah adalah sebuah kemuliaan, karenanya
predikat itu tidak bisa tersemat pada semua orang. Hanya orang-orang yang
terpilih yang layak menjadi tamu Allah pada hakikatnya tidak semua orang yang
melaksanakan rangkaian ibadah haji bisa disebut tamu Allah karena mereka hadir
sadar betul pesan Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 97 “Menunaikan ibadah
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, (bagi) orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke Baitullah, dan barang siapa yang mengingkari
(kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah MahaKaya (tidak membutuhkan sesuatu)
dari semesta alam” Maka tak patut bagi seorang Muslim bersembunyi dibalik alasan
“belum dipanggil” atau “tidak mampu” tanpa melakukan suatu ikhtiar.
Menata Diri
Karena ibadah haji adalah sebuah perjalanan jauh dan berat
maka butuh persiapan. Paling tidak ada tiga kemampun yang harus dipenuhi oleh
jamaah. “Tiga kemampuan itu, pertama kemampuan keuangan. Apakah dia sudah punya
cukup dana untuk ongkos naik haji dan bekal bagi keluarga yang ditinggalkan? Kedua,
kemapuan fisik. Sanggup tidak dia
menjalanakan ibadah haji yang sangat membutuhkan kekuatan fisik? Ketiga,
keamanan perjalanan. Kalau untuk ke Mekkah ia harus melewati daerah konflik
maka dia tidak diwajibkan naik haji tahun ini karena berbahaya bagi kehidupanya”.
Untuk orang yang kelebihan rezekinya oleh Allah swt, tentu mengeluarkan uang
pergi haji tak jadi masalah. Namun bagi merka yang hidup pas-pasan ongkos naik
haji sangatlah mahal.
Muslim tidak boleh menyerah dengan keterbatasanya. “Kalau
sudah memiliki pakaian, bisa memenuhi kebutuhan makan keluarga, dan memiliki
tempat tinggal meskipun masih mencicil, dan sudah memiliki alat untuk mencari
nafkah, maka dia sudah harus berikhtiar untuk bisa pergi haji.”
Ikhtiar yang dijalankan tidak boleh berjalan sendiri harus
didampingi dengan do’a dan perbaikan diri. “Ketika do’a kita belum juga
dikabulkan, maka berarti ada tatacara do’a yang keliru, atau ada makanan yang
kita makan yang menghalangi do’a kita untuk dikabulkan, atau ada pakaian yang
kita beli dari uang yang tidak benar untuk kita belanjakan pakaian, dan
seterusnya”. Karena itulah lanjutnya do’a harus diiringi proses perbaikan diri
terus-menerus.
Ketika Bertamu
Ketika Allah swt. Menakdirkan kita untuk bisa benar-benar
hadir di Baitullah, maka bersyukurlah! Sebuah kehormatan telah Allah berikan
kepada kita dengan menjadi tamu-Nya. Sebagai tamu, tentu ada adab-adab yang
harus dijaga. Sebaiknya, Allah swt sebagai tuan rumah pun menjamin kesejataraan
tamunya.
Calon haji harus memanfaatkan keberangkatanya ke Tanah Suci
sebaik-baiknya karena haji yang mabrur balsanya adalah surga “Orang yang haji
nya mabrur adalah penghuni surga yang masih tinggal didunia”.
Demikan pembahsaan Memanataskan Diri Menjadi Tamu Allah,
selamat menjalankannya, semoga bermanfaat, mohon maaf sekian dan terima kasih.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon